
Affandi lahir di Cirebon, Jawa Barat. Ayahnya, R. Koesoema, adalah Mantri Ukur di perkebunan tebu di Ciledug. Affandi putus sekolah dari Sekolah Menengah Atas (AMS-B) di Jakarta.
Menikah dengan Maryati, 16 tahun, asal Bogor. Satu tahun kemudian putri mereka, Kartika, lahir.
Sebelum menekuni seni lukis, Affandi pernah mengajar sebagai guru dan bekerja di bioskop di Bandung, dimana ia melukis iklan film dan memeriksa tiket. Pada akhirnya, Affandi memutuskan untuk fokus secara profesional di bidang seni lukis.
Affandi tergabung dalam Kelompok Lima Bandung bersama Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi. Dalam kelompok tersebut, Affandi berperan sebagai ketua. Meskipun tidak memiliki struktur organisasi yang formal, kelompok ini berfungsi sebagai wadah belajar bersama untuk saling mendukung dan mendampingi sesama pelukis. Kelompok Lima Bandung juga turut memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan seni rupa di Indonesia.
Pameran pertama Affandi diadakan di Gedoeng Poetera, Jakarta, pada masa pendudukan Jepang. Beliau mengikuti Bagian Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakjat – Pusat Tenaga Rakyat) di bawah bimbingan Ir. Sukarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansur. Di Poetera, Affandi menjabat sebagai Ketua Panitia Kerja dan S.Soedjojono sebagai Ketua Eksekutif. Mereka melapor ke Bung Karno.
Sejak sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, serta pada masa perjuangan bersenjata melawan pasukan pendudukan Belanda, Affandi aktif terlibat dalam melukis poster-poster yang mendorong masyarakat untuk mengangkat senjata melawan Belanda. Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama dengan para pelukis dan seniman lain yang tergabung dalam Bagian Kebudayaan Poetera, seperti S. Soedjojono, Dullah, Trubus, dan Chairil Anwar. Setelahnya, Affandi pindah ke Yogyakarta dan mendirikan Seniman Masyarakat bersama Hendra Gunawan. Hal ini bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada generasi muda yang gemar melukis.
Affandi pindah ke Jakarta dan menjadi salah satu pendiri Gabungan Pelukis Indonesia (Persatuan Pelukis Indonesia).
Affandi mendapat beasiswa dari pemerintah India untuk bergabung dengan The Art School Shantiniketan Tagore University. Kepala Sekolah Seni menyarankan agar Affandi melakukan perjalanan ke India untuk pameran di Shantiniketan, Alahabat, New Delhi, Bombay, dan Madras.
Affandi mengikuti tur pameran ke negara-negara Eropa (London: British Museum, Den Haag, Belgia, London, dan Italia). Ia ditunjuk oleh pemerintah Indonesia untuk mewakili Indonesia, Brazil (1952), Venesia dan Sao Paulo (1956). Pamerannya di seluruh Eropa bertujuan untuk menarik perhatian dunia terhadap Republik Indonesia yang saat itu masih muda. Affandi melakukan tugasnya dengan sangat baik dalam menyelesaikan tugas ini. Pemerintah Indonesia menyambut baik keberhasilan Affandi dengan ucapan terima kasih melalui telegram yang pengirimnya adalah Bung Karno sendiri, Presiden pertama Indonesia.
Affandi mendapat hibah dari pemerintah AS untuk mempelajari metode pendidikan seni dan tinggal di AS selama empat bulan. Di sana, ia mengadakan pameran di World House Galleries, New York Press Club.
Affandi diangkat sebagai profesor tamu di Departemen Seni Universitas Negeri Ohio. Setelahnya, ia kembali ke Indonesia secara permanen dan memilih kota Yogyakarta karena aktivitas budaya dan pemikirannya di masa depan adalah untuk membuat Museum.
Affandi membuat mural fresco di Jefferson Hall East West Center, Hawaii AS.
Affandi menyelesaikan mural fresco di Jefferson Hall East-West Center, Hawaii AS.
Affandi diberikan Anugerah Seni dan Penghargaan Medali Emas oleh Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Indonesia, serta mendapat Keanggotaan Kehormatan Akademi Jakarta seumur hidup. Affandi juga terpilih menjadi Ketua IAPA (International Association of Plastic Arts) untuk Indonesia – sebuah organisasi internasional di bawah naungan UNESCO.
Pelaksanaan Expo 1970 di Osaka merupakan pameran gabungan dengan beberapa Perpustakaan Pameran Seniman Indonesia lainnya di Bangkok Thailand yang bekerja sama dengan UNESCO.
Ditunjuk oleh pemerintah Indonesia untuk mewakili Indonesia pada Pameran Biennial di Sydney, Australia.
Mendapat gelar Doktor Kehormatan dari University of Singapore.
Menerima Penghargaan Perdamaian Internasional dari Dag Hammerskjold Foundation dan gelar Grand Maestro. Diangkat sebagai anggota Akademi Hak Asasi Manusia dari Central Academy of Peace, Pax Mundi, di Florence, Italia. Ditemani istrinya, Maryati, menunaikan ibadah haji ke Mekkah, atas undangan Raja.
Menerima Bintang Jasa Utama dari Presiden Soeharto atas kontribusinya yang luar biasa bagi bangsa.
Mengadakan pameran bersama bersama putrinya, Kartika, di Victoria, Australia.
Antara tahun 1979-1983, ia mengadakan berbagai pameran keluarga di Medan, Surabaya, Jakarta, dan Bandung.
Mewakili Indonesia dalam pameran tunggal mengenai Festival Seni dan Kerajinan Indonesia di Houston, Texas.
Pameran kolaborasi pertamanya diwujudkan bersama dengan S. Soedjojono dan Basuki Abdullah RA yang diadakan di Galeri Pasar Seni Jaya Ancol, Jakarta.
Mengadakan pameran tunggal di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dan pameran bersama di Galeri Pasar Seni Jaya Ancol bersama Kartika, Nashar, S. Sulebar, dan Nunung S.
Diangkat menjadi anggota Dewan Penyantun (Komite Pengarah) ISI, Yogyakarta.
Affandi menginjak usia 80 tahun dan menggelar pameran retrospektif karyanya di Gedung Pameran Seni Rupa, Jakarta.
Pameran keluarga di Surabaya dan Denpasar.
Affandi meninggal dunia pada tanggal 23 Mei 1990 pukul 16.30 dan dimakamkan di luar museumnya di Yogyakarta.
Pameran anumerta diadakan di Smithsonian Institute, Washington DC, AS.
Untuk memperingati 100 hari wafatnya dan satu abad wafatnya Vincent van Gogh, diadakan pameran bersama di Museum Affandi, Yogyakarta; Taman Budaya, Semarang; dan Galeri Seni Braga, Bandung.
Hubungi Kami